Oleh : Zaenal Ikhsan
Bulan suci ramadhan telah berakhir dan hari lebaran Idul Fitri telah datang. Dengan berakhirnya bulan suci ramadhan maka hal - hal yang sering kita temui terjadi rutin seperti sholat berjamaah di mushola/masjid, terdengar warga membaca ayat suci Al Qur'an pagi sampai malam hari dengan maknanya, banyak orang berlomba memberikan kebaikan dengan cara gemar bersedekah dan orang meningkatkan tingkat akhlaq seseorang dengan mengadakan tausyiyah atau pengajian agama secara rutin.
Yang menjadi persoalan sekarang ini apakah seseorang setelah bulan suci ramadhan berakhir masih bisa melakukan aktivitas rutin yang penuh dengan pahala ini ? Semoga saja seseorang bisa terus untuk :
1. Gemar sholat berjamaah
2. Gemar baca ayat suci Al Qur'an dengan penuh makna
3. Gemar bersedekah
4. Gemar meningkatkan ilmu akhlaq
karena hal tersebut diatas akan meningkatkan ketaqwaan kita dan akan membawa ketenangan dan kebahagiaan seseorang baik di dunia maupun akhirat.
Yang menjadi persoalan sekarang ini apakah seseorang setelah bulan suci ramadhan berakhir masih bisa melakukan aktivitas rutin yang penuh dengan pahala ini ? Semoga saja seseorang bisa terus untuk :
1. Gemar sholat berjamaah
2. Gemar baca ayat suci Al Qur'an dengan penuh makna
3. Gemar bersedekah
4. Gemar meningkatkan ilmu akhlaq
karena hal tersebut diatas akan meningkatkan ketaqwaan kita dan akan membawa ketenangan dan kebahagiaan seseorang baik di dunia maupun akhirat.
Gemar Sholat Berjamaah
Banyak sekali dalil yang berhubungan dengan shalat berjamaah di masjid, khususnya tentang keistimewaan shalat berjamaah. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim seperti tersebut di bawah ini. Semoga dengan membaca keistimewaan shalat berjamaah ini kita semakin termotivasi untuk selalu menegakkan shalat lima waktu berjamaah di masjid. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda :
“Shalat berjamaah pahalanya lebih besar dibanding sendirian terpaut 25 derajat, baik di pasar ataupun di rumah, yang demikian itu karena seseorang ketika berwudhu dengan sempurna, lalu berangkat ke masjid dengan satu tujuan (shalat), maka setiap langkahnya dinaikkan satu derajat dan diampuni satu dosanya hingga menginjak pintu masjid, maka sesudah di dalam masjid, dia dicatat melakukan shalat selama menunggu shalat, dan didoakan oleh malaikat selama berada di majlis shalatnya. Adapun doa malaikat sbb: Ya Allah, ampunilah dia, maafkanlah dan kasihanilah ia sepanjang tidak menyakiti dan sebelum berhadats di majlis itu” (HR Bukhari – Muslim).
Maksud hadits tersebut adalah :
“Shalat berjamaah pahalanya lebih besar dibanding sendirian terpaut 25 derajat, baik di pasar ataupun di rumah, yang demikian itu karena seseorang ketika berwudhu dengan sempurna, lalu berangkat ke masjid dengan satu tujuan (shalat), maka setiap langkahnya dinaikkan satu derajat dan diampuni satu dosanya hingga menginjak pintu masjid, maka sesudah di dalam masjid, dia dicatat melakukan shalat selama menunggu shalat, dan didoakan oleh malaikat selama berada di majlis shalatnya. Adapun doa malaikat sbb: Ya Allah, ampunilah dia, maafkanlah dan kasihanilah ia sepanjang tidak menyakiti dan sebelum berhadats di majlis itu” (HR Bukhari – Muslim).
Maksud hadits tersebut adalah :
- Pahala shalat berjamaah di masjid lebih tinggi 25 derajat (untuk Dhuhur & Ashar) dalam riwayat lain 27 derajat (untuk shalat lainnya).
- Hendaknya berwudhu di rumah, sebelum berangkat ke masjid, karena jika keluar rumah sudah dalam keadaan suci (sudah berwudhu), maka setiap langkah menuju masjid, akan ditingkatkan satu derajat dan diampuni satu dosa.
- Hendaknya datang ke masjid lebih awal (jangan menunggu iqamat), karena selama menunggu waktu iqamat, diberi pahala seperti mengerjakan shalat.
- Didoakan oleh malaikat, agar mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah.
Begitu dahsyatnya keistimewaan shalat berjamaah, betapa ruginya orang yang meninggalkan shalat berjamaah di masjid. Ayo shalat berjamaah di masjid !
Gemar Baca Ayat Suci Al Qur'an
Pertanyaan muncul, Sudahkah anda membaca Al Qur'ran hari ini? Berapa ayatkah yang anda baca setiap hari? Ataukah sama sekali anda lupa atau dengan sengaja mengabaikannya?
Kadang tanpa kita sadari, dengan bertambah banyaknya aktifitas keseharian kita, seolah kita lupa dengan Al Quran yang kita taruh di atas meja kita, lemari atau munngkin dalam saku kita. Seakan hanya sekedar menjadi hiasan maupun pajangan diantara buku-buku dan majalah lainnya astaghfirullah..Sungguh rugi bagi mereka yang jauh dari lantunan dan bacaan Al Qur'an.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya barang siapa yang dalam dirinya tiada bacaan al quran maka ia seperti halnya rumah yang roboh”
Keutamaan Membaca Al Quran dalam islam adalah;
- Sebaik-baik manusia yang mempelajari dan mengajarkan alquran. Sabda Nabi Muhammad saw: “Sebaik-baik kalian adalah siapa yang memperlajari Al-Qur’an dan mengamalkannya.” (HR. Bukhari).
- Pahala membaca Al Quran. Sabda Nabi Muhammad saw: “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi).
- Keutaman membaca Al Quran, Menghafalnya dan pandai membacanya. Sabda Nabi Muhammad SAW : “Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an sedang ia hafal dengannya bersama para malaikat yang suci dan mulia, sedang perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an sedang ia senantiasa melakukannya meskipun hal itu sulit baginya maka baginya dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih).
- Pahala bagi orang yang anaknya mempelajari Al Quran. “Siapa saja membaca Al-Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat mahkota dari cahaya dan sinarnya bagaikan sinar matahari, dan dikenakan pada kedua orang tuanya dua perhiasan yang nilainya tidak tertandingi oleh dunia. Keduanya pun bertanya, ‘bagaimana dipakaikan kepda kami semuanya itu?’ Dijawab, ‘karena anakmu telah membawa Al-Qur’an”. (HR. Al-Hakim).
- Al Quran memberi syafa’at kepada ahlinya di akhirat. Sabda Nabi Muhammad saw: “Bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada para ahlinya.” (HR. Muslim) Dan sabda beliau Nabi Muhammad saw: “Puasa dan Al-Qur’an keduanya akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat…” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).
- Pahala bagi orang yang berkumpul untuk membaca dn mengkajinya. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak berkumpul sauatu kaum di salah satu rumah Allah SWT, sedang mereka membaca kitab-Nya dan mengkajinya, melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan, dicurahi rahmat, diliputi para malaikat, dan disanjungi oleh Allah di hadapan para makhluk dan di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawud).
- Dapat menentramkan hati. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS.13:28).
- Dapat menyembuhkan penyakit. “Hendaknya kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Al-Qur’an” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud).
- Pembaca Al Quran dikurniakan hatinya dengan cahaya oleh Allah SWT dan dipeliharanya dari kegelapan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra yang maksudnya: “Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang medengar satu ayat daripada Kitab Allah Ta’ala (Al-Qur’an) ditulis baginya satu kebaikan yang berlipat ganda. Siapa yang membacanya pula, baginya cahanya di hari kiamat.”
- Pembaca Al Quran memperoleh kemulian dan diberi rahmat kepada ibu bapaknya. Nabi Muhammad SAW bersabda maksudnya: “Siapa yang membaca Al-Qur’an dan beramal dengan isi kandungannya, dianugerahkan kedua ibu bapaknya mahkota di hari kiamat. Cahayanya (mahkota) lebih baik dari cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Kalaulah demikian itu matahari berada di rumahmu (dipenuhi dengan sinarnya), maka apa sangkaan kamu terhadap yang beramal dengan ini (al-Qur’an).” (HR. Abu Daud)..
- Pembaca Al Quran memperoleh kedudukan yang tinggi dalam syurga. Bersabda Rasulullah saw yang maksudnya: Dikatakan kepada pembaca Al-Qur,an: “Bacalah (Al-Qur’an), naiklah (pada darjat-darjat syurga) dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil didunia. Sesungguhnya kedudukan drajatmu sehingga kadar akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Ahmad).
- Membaca satu huruf Al Quran akan memperoleh sepuluh kebaikan. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang membaca satu huruf kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
- Orang yang membaca Al Quran secara terang-terangan seperti bersedekah secara terang-terangan. Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang membaca Al-Qur’an terang-terangan seperti orang yang bersedekah terang-terangan, orang yang membaca Al-Qur’an secara tersembunyi seperti orang yang bersedekah secara sembunyi.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i, lihat shahihul jaami’:3105).
- Al Quran akan menjadi syafaat bagi orang yang membacanya. Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu hadistnya “Bacalah Al Quran karena ia akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafaat kepada orang yang telah membaca dan mengamalkan isinya”
- Al Quran adalah cahaya ditengah kegelapan. Sabda Rasulullah SAW ,”Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi).
- Ahlul Quran adalah keluarga Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW,”Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.’ Beliau SAW ditanya,’Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau SAW menjawab,’mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
- Yang mahir membaca dia akan bersama malaikat, dan yang terbata-bata mendapat dua pahala. Sabda Rasulullah SAW “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an kelak (mendapat tempat disurga) bersama para utusan yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dan masih terbata-bata, dan merasa berat dan susah, maka dia mendapatkan dua pahala.” Dua pahala ini, salah satunya merupakan balasan dari membaca Al-Qur’an itu sendiri, sedangkan yang kedua adalah atas kesusahan dan keberatan yang dirasakan oleh pembacanya.
Demikian beberapa keutamaan yang Allah berikan kepada orang-orang yang membaca Al Qu'ran sekaligus mengamalkan isi kandungannya. Semoga tulisan ini dapat mengingatkan kita untuk selalu membaca Al Quran kapan dan dimanapun berada. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah, tidak akan bisa dimasuki setan.” (HR. Muslim)
Gemar Bersedekah
Sedekah semuanya baik, namun antara satu dengan yang lain berbeda keutamaan dan nilainya, tergantung niat, kondisi orang yang bersedekah dan kepentingan proyek atau sasaran sedekah. Di antara sedekah yang utama menurut Islam adalah sbb :
- Sedekah Sirriyyah. Sedekah sirriyyah adalah sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sedekah ini sangat utama karena lebih mendekati ikhlas dan selamat dari sifat riya’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Jika kamu Menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 271). Perlu diketahui, bahwa yang utama untuk disembunyikan adalah pada sedekah kepada fakir dan miskin. Hal ini, karena ada banyak jenis sedekah yang mau tidak mau harus ditampakkan, seperti membangun masjid, membangun sekolah, jembatan, membuat sumur, membekali pasukan jihad dan sebagainya. Di antara hikmah menyembunyikan sedekah kepada fakir miskin adalah untuk menutupi aib saudara kita yang miskin tersebut. Sehingga tidak tampak di kalangan manusia serta tidak diketahui kekurangan dirinya. Tidak diketahui bahwa tangannya berada di bawah dan bahwa dia orang yang tidak punya. Hal ini merupakan nilai tambah tersendiri dalam berbuat ihsan kepada fakir-miskin. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji sedekah sirriyyah, memuji pelakunya dan memberitahukan bahwa dia termasuk tujuh golongan yang dinaungi Allah Subhanahu wa Ta’ala nanti pada hari kiamat.
- Sedekah Dalam Kondisi Sehat. Bersedekah dalam kondisi sehat lebih utama daripada berwasiat ketika sudah menjelang ajal, atau ketika sudah sakit parah dan sulit diharapkan kesembuhannya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?” Beliau menjawab: « أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى ، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ : لِفُلاَنٍ كَذَا ، وَلِفُلاَنٍ كَذَا ، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ » . “Engkau bersedekah dalam kondisi sehat dan berat mengeluarkannya, dalam kondisi kamu khawatir miskin dan mengharap kaya. Maka janganlah kamu tunda, sehingga ruh sampai di tenggorokan, ketika itu kamu mengatakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian, dan untuk fulan sekian.” Padahal telah menjadi milik si fulan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Sedekah Setelah Kebutuhan Wajib Terpenuhi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.” (QS. Al Baqarah: 219). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:خَيْرُ الصَّدَقَةِ مَا كَانَ عَنْ ظَهْرِ غِنًى ، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ“ Sedekah yang terbaik adalah yang dikeluarkan selebih keperluan, dan mulailah dari orang yang kamu tanggung.” (HR. Bukhari).
- Sedekah dengan Kemampuan Maksimal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ جُهْدُ الْمُقِلِّ وَ ابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ “Sedekah yang paling utama adalah sedekah maksimal orang yang tidak punya, dan mulailah dari orang yang kamu tanggung.” (HR. Abu Dawud dan Hakim, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1112). Imam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah berkata, “Hendaknya seorang memilih untuk bersedekah dengan kelebihan hartanya, dan menyisakan secukupnya untuk dirinya karena khawatir terhadap fitnah fakir (kemiskinan). Sebab, boleh jadi dia akan menyesal atas apa yang dia lakukan (dengan berinfak seluruh atau melebihi separuh harta) sehingga merusak pahala. Sedekah dan kecukupan hendaknya selalu eksis dalam diri manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari Abu Bakar yang keluar dengan seluruh hartanya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu persis kuatnya keyakinan Abu Bakar dan kebenaran tawakkalnya, sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak khawatir fitnah itu menimpanya sebagaimana Beliau khawatir terhadap selain Abu Bakar. Bersedekah dalam kondisi keluarga sangat butuh dan kekurangan, atau dalam keadaan menanggung banyak utang bukanlah sesuatu yang dikehendaki dari sedekah itu. Karena membayar utang dan memberi nafkah keluarga atau diri sendiri yang memang butuh adalah lebih utama. Kecuali jika memang dirinya sanggup untuk bersabar dan membiarkan dirinya mengalah meskipun sebenarnya membutuhkan sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar dan itsar (mendahulukan orang lain) yang dilakukan kaum Anshar terhadap kaum muhajirin.” Oleh karena itu, para ulama mensyaratkan bolehnya bersedekah dengan semua harta apabila orang yang bersedekah kuat, mampu berusaha, bersabar, tidak berutang dan tidak ada orang yang wajib dinafkahi di sisinya. Ketika syarat-syarat ini tidak ada, maka bersedekah ketika itu adalah makruh.
- Menafkahi anak-istri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : « دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ » .“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak-isteri) lebih besar pahalanya.” (HR. Muslim).
- Bersedekah Kepada Kerabat. Disebutkan bahwa Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu memiliki kebun kurma yang sangat indah dan sangat dia cintai, namanya Bairuha’. Ketika turun ayat: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)
Imam as-Suyuthiy membuatkan sya’ir menyebutkan hal-hal yang bermanfaat bagi seorang sesudah meninggalnya:
اِذَا مَاتَ ابْنُ ادَمَ يَجْرِي عَلَيْهِ مِنْ فِعَالٍ غَيْرِ عَشْرٍ
عُلُوْمٍ بَثَّهَا وَدُعَاءِ نَجْلٍ وَغَرْسِ النَّخْلِ وَالصَّدَقَاتُ تَجْرِي
وَرَاثَةِ مُصْحَفٍ وَرِبَاطِ ثَغْرٍ وَحَفْرِ الْبِئْرِ أَوْ إِجْرَاءِ نَهْرٍ
وَبَيْتٍ لْلْغَرِيْبِ بَنَاهُ يَأْوِى إلِيْهِ أَوْ بِنَاءِ مَحَلِّ ذِكْرٍ
“Apabila cucu Adam Adam meninggal, maka mengalirlah kepadanya sepuluh perkara;
Ilmu yang disebarkannya, doa anak saleh, pohon kurma yang ditanamnya serta sedekahnya yang mengalir, Mushaf yang diwariskan dan menjaga perbatasan, Menggali sumur, mengalirkan sungai, rumah untuk musafir yang dibangunnya atau membangun tempat ibadah.”
اِذَا مَاتَ ابْنُ ادَمَ يَجْرِي عَلَيْهِ مِنْ فِعَالٍ غَيْرِ عَشْرٍ
عُلُوْمٍ بَثَّهَا وَدُعَاءِ نَجْلٍ وَغَرْسِ النَّخْلِ وَالصَّدَقَاتُ تَجْرِي
وَرَاثَةِ مُصْحَفٍ وَرِبَاطِ ثَغْرٍ وَحَفْرِ الْبِئْرِ أَوْ إِجْرَاءِ نَهْرٍ
وَبَيْتٍ لْلْغَرِيْبِ بَنَاهُ يَأْوِى إلِيْهِ أَوْ بِنَاءِ مَحَلِّ ذِكْرٍ
“Apabila cucu Adam Adam meninggal, maka mengalirlah kepadanya sepuluh perkara;
Ilmu yang disebarkannya, doa anak saleh, pohon kurma yang ditanamnya serta sedekahnya yang mengalir, Mushaf yang diwariskan dan menjaga perbatasan, Menggali sumur, mengalirkan sungai, rumah untuk musafir yang dibangunnya atau membangun tempat ibadah.”
Gemar Meningkatkan Akhlaq
Makna khulq adalah tabiat dan sifat jiwa yang mengakar. Faidh Kasyani mendefinisikan akhlak sebagai berikut, “Khulq [48] adalah suatu bentuk (haiah) yang mengakar dalam jiwa manusia sehingga ada perbuatan-perbuatan tertentu yang bersumber darinya tanpa membutuhkan pemikiran. Bila perbuatan yang bersumber darinya terpuji secara akal dan syariat, maka ia dinamakan akhlak terpuji. Bila ia menjadi sumber perbuatan buruk, ia disebut akhlak tercela.” [49]
Menurut ulama, definisi perbuatan akhlak (fi`l akhlaqi) adalah: Perbuatan atau sifat yang kebaikan atau keburukannya diketahui akal sehat dan semua manusia, di semua zaman dan tempat, sepakat tentang kebaikan atau keburukannya. Perbuatan akhlak adalah suatu tindakan yang kebaikannya diketahui nurani dan seorang merasa harus melakukannya atau tindakan yang keburukannya diketahui nurani manusia hingga membuatnya merasa bahwa itu tidak sesuai dengan sifat insaninya dan harus ditinggalkan. Dalam Islam, akhlak terpuji memiliki kedudukan dan nilai yang sangat penting hingga ia disebut sebagai salah satu tanda keimanan. Ia juga disebut sebagai salah satu amalan yang memiliki timbangan terberat di hari akhir. Sedemikian pentingnya mengembangkan akhlak terpuji hingga menjadi salah satu tujuan pengutusan Nabi saw. Al-Quran berkata, Allah memberi anugerah kepada orang-orang beriman dengan cara mengutus seorang rasul dari mereka. (Ia diutus) untuk membacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, menyucikan diri mereka dan mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka, walau sebelum ini, mereka berada dalam kesesatan nyata. [50]
Rasulullah saw bersabda, “Aku berpesan kepada kalian untuk berakhlak mulia, karena Allah mengutusku untuk tujuan ini.” [51]
Beliau juga bersabda, “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” [52]
Imam Muhammad Baqir as berkata, “Orang mukmin yang imannya paling sempurna adalah yang berakhlak lebih baik.”[53]
Sabda Rasul saw lainnya berbunyi, “Pada hari kiamat, tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya daripada akhlak yang terpuji.”[54]
Imam Shadiq as mengatakan, “Allah memberi pahala kepada hamba-Nya berkat akhlak terpujinya sama seperti pahala yang diberikan pagi dan malam kepada seorang pejuang di jalan-Nya.”[55]
Dalam hadis lain, Rasul saw bersabda, “Akhlak terpuji adalah setengah iman.” [56]
Islam memberi banyak wejangan kepada para pengikutnya sekaitan dengan penyucian hati dan pengembangan akhlak terpuji. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang akhlak dan moral, bahkan kebanyakan kisah-kisahnya bertujuan membentuk akhlak mulia dalam diri manusia. Ribuan hadis dinukil dari Rasul saw dan para Imam as seputar masalah akhlak terpuji dan tercela. Pahala yang dijanjikan untuk akhlak terpuji dan hukuman bagi akhlak tercela pastilah tidak lebih sedikit dari pahala dan hukuman untuk hal-hal wajib dan haram, karena keduanya adalah faktor kesempurnaan jiwa dan kedekatan kepada Allah atau kehinaan jiwa dan keterasingan dari Allah.
Maka itu, hal-hal yang berkaitan dengan akhlak harus disandingkan dengan hukum syariat atau bahkan diprioritaskan. Tidak layak bila kita mengacuhkannya hanya dengan alasan bahwa itu sekedar wejangan akhlak belaka. Pada prinsipnya, kehidupan manusia tidak mungkin lepas dari akhlak terpuji. Sebab itu, semua bangsa dan suku di dunia senantiasa berpegang kepada nilai-nilai akhlak.
Dari dua sisi, akhlak berperan dalam kebahagiaan atau kesengsaraan manusia:
a. Kehidupan duniawi dan sosial : Bila masing-masing individu sebuah masyarakat berdisiplin, menjaga hak orang lain, saling menyayangi, bekerja sama dan bahu-membahu mengatasi masalah, atau singkat kata, masing-masing merasa bahwa kebahagiaannya ada dalam kebahagiaan masyarakat, maka mereka akan memiliki kehidupan bahagia dan dapat memanfaatkan kenikmatan duniawi semaksimal mungkin.
Sebaliknya, bila mereka tidak terikat dengan nilai-nilai akhlak, tiada kebahagiaan yang bisa mereka rasakan. Sebab itu, kita bisa menilai kebahagiaan atau kesengsaraan sebuah masyarakat dengan tolok ukur keterikatan atau ketidakterikatan mereka dengan nilai-nilai akhlak. Atas dasar ini, Islam sangat menekankan pentingnya menjaga akhlak sosial.
b. Kesempurnaan atau kerendahan jiwa : Akhlak terpuji akan menyempurnakan jiwa manusia dan mendekatkannya kepada Allah. Sebaliknya, akhlak tercela akan menarik jiwa manusia menuju kehinaan dan menjauhkannya dari Allah. Manusia akan melihat akibatnya kelak di akhirat.
Sekaitan dengan akhlak terpuji disebutkan bahwa semua manusia, pada setiap zaman dan tempat, sepakat atas kebaikan dan nilainya. Fitrah suci manusia mempunyai pemahaman semacam ini dan himbauan serta larangan moral bersumber dari pemahaman ini. Pengenalan diri inilah yang menjadikan ruh malakuti seseorang berkuasa sehingga ia dapat mengontrol hawa nafsunya dan berusaha mencapai derajat yang lebih tinggi. Para nabi as diutus untuk membantu manusia dalam perjuangan mulia ini dan memberinya dukungan dalam rangka penyucian jiwanya. Para nabi as berkata kepada manusia, “Kalian adalah manusia, bukan binatang. Jangan lupakan esensi kemanusiaan kalian dan jangan pula tunduk di hadapan hawa nafsu hingga akan menyengsarakan kalian. Kesengsaraan terbesar adalah ketika manusia tenggelam dalam hawa nafsunya dan kehilangan esensi kemanusiaannya. Akibatnya, ia akan menuju alam akhirat dalam bentuk seekor binatang pemangsa.”
Metode-metode Akhlak
Yang dibahas dalam akhlak adalah hal-hal seputar perbuatan baik dan buruk manusia, sifat-sifat terpuji dan tercela, cara hidup yang lebih baik dan lain sebagainya. Para ulama akhlak menggunakan metode-metode berikut dalam rangka memaparkan masalah-masalah seputar akhlak:
1. Metode Para Nabi as
Rasulullah saw dan nabi-nabi lain menggunakan cara nasehat dan membangkitkan emosi manusia dalam rangka menyeru mereka kepada akhlak mulia, karena tujuan mereka adalah menanamkan pengaruh dalam jiwa manusia dan mendorong mereka beramal. Sebab itu, mereka memandang metode nasehat lebih efektif dibanding metode lain. Topik-topik seputar akhlak tersebar dalam al-Quran dan sabda-sabda Rasulullah saw yang dikemukakan dalam berbagai peristiwa. Dengan suatu cara, para pendengar didorong untuk menghias diri mereka dengan akhlak mulia. Para Imam as juga menggunakan metode yang sama, yaitu memaparkan masalah-masalah akhlak berulangkali.
2. Metode Ilmiah
Sekelompok ulama mengkaji dan menghimpun topik-topik akhlak secara ilmiah. Topik pembahasan dalam ilmu akhlak adalah perbuatan baik dan buruk manusia yang berperan dalam kebahagiaan atau kesengsaraan kehidupan dunia dan akhiratnya. Dalam ilmu ini, manusia belajar cara hidup yang lebih baik.
Filsafat Akhlak
Bisa dikatakan bahwa filsafat akhlak adalah bidang ilmu yang baru muncul. Dalam filsafat akhlak, yang dibahas bukan contoh-contoh akhlak terpuji dan tercela manusia, tapi masalah-masalah akhlak seperti makna baik dan buruk, kebaikan dan kejahatan dan keindahan dan kejelekan. Misalnya, apakah kebaikan adalah sifat yang riil dan memiliki manifestasi di alam luar ataukah hanya sebuah perkara i`tibari (semu)? Apakah masalah-masalah akhlak bersifat khabari (anjuran) atau insya`i (hukum positif)? Bagaimana dan darimana perintah dan larangan akhlak disimpulkan? Bagaimana bisa sebuah masalah ikhbari (anjuran) menghasilkan kesimpulan insya`i? Apa arti kebahagiaan dan kesengsaraan? Apakah keduanya memiliki wujud hakiki atau i`tibari?
Di negara-negara Barat dan pusat-pusat ilmu dunia, filsafat akhlak adalah salah satu trend ilmu. Banyak pemikir yang mengkhususkan diri di bidang ini dan menulis berbagai karya ilmiah tentangnya. Juga banyak aliran dan mazhab filsafat akhlak yang muncul di dunia. Patut disayangkan bahwa bidang ilmu ini tidak begitu mendapat perhatian para pemikir Islam. Kita tidak memiliki banyak pakar di bidang ini atau buku-buku yang berkenaan dengannya. Di sini kita tidak bisa membahas ilmu dan filsafat akhlak atau mengkritisi berbagai mazhab akhlak dan mengemukakan pandangan Islam dalam masalah ini. Namun, demi mengenalkan para pembaca budiman dengan kajian ini, kita akan membahasnya secara ringkas :
Akhlak dalam Pandangan Islam. Berbagai mazhab akhlak yang bermunculan kebanyakan berasaskan pada pandangan dunia dan antropologi para pengikut mazhab tersebut. Mazhab akhlak Islam juga berangkat dari pandangan dunia khasnya. Dalam Pandangan Dunia Islam, alam wujud ini memiliki Tuhan yang menciptakan dan mengaturnya. Manusia adalah makhluk imortal yang tidak akan binasa dengan kematian, tapi berpindah dari dunia ini menuju alam akhirat untuk mendapatkan ganjaran perbuatan baik dan buruk yang dilakukannya. Islam memandang manusia sebagai makhluk berikhtiar dan mukallaf (menerima tugas dan tanggungjawab). Ia tidak diciptakan tanpa suatu tujuan, tapi ia lahir untuk mendapatkan kesempurnaan jiwa dan bergerak menuju Allah yang akhirnya bermuara pada kehidupan bahagia di akhirat. Manusia adalah makhluk dua dimensi :
Dari satu sisi, ia adalah makhluk yang mempunyai naluri hewani dan hawa nafsu, yang mau tidak mau, harus dipenuhi olehnya. Di lain pihak, ia memiliki ruh malakuti yang membuatnya lebih unggul dibanding hewan-hewan lain. Sebab itu, dia diangkat menjadi khalifah Allah dan kedudukannya lebih tinggi ketimbang malaikat. Kehidupan batin manusia juga memiliki kebahagiaan dan kesengsaraan. Ia bisa mencapai kesempurnaan dengan syarat ia mampu mengembangkan dimensi insani dan malakutinya serta mengontrol hawa nafsu hewaninya.Begitupula sifat-sifat semisal riya`, egoisme, kedengkian, kecemasan, keputusasaan, cinta dunia dan jabatan, kepengecutan, ketamakan, tidak rela dengan keputusan Allah dan ketidakpercayaan kepada-Nya yang merupakan bagian dari akhlak tercela. Bagian kedua: Akhlak Sosial, seperti kejujuran, perangai baik, kerendahan hati, rasa hormat kepada orang lain, perbuatan baik kepada mereka, amanah, pemaaf, kasih sayang kepada orang tua, silaturahmi, perhatian kepada urusan Muslimin dan rasa tanggung jawab yang merupakan bagian dari adab dan etika bermasyarakat.
Begitupula sifat-sifat semacam perangai buruk, congkak, menghina orang lain, berkhianat, dusta, ingkar janji, membuka rahasia orang lain, mengacuhkan urusan Muslimin, menyebar fitnah, israf, tabzir dan penyakit-penyakit bermasyarakat lainnya.
Sign up here with your email