Membentuk Pendidikan Karakter Manusia Melalui Al-Qur'an

Hai Shobat Ikhsan Berbagi Ilmu perlu ketahui bahwa surat Al-Dzariyat ayat 56 dengan berbagai tafsirannya, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan (anak) dalam Islam adalah beribadah kepada Allah dalam arti seluas-luasnya dan tercermin dalam akhlak mulia dalam berbagai aktifitas kehidupan.
Secara garis besar materi pendidikan anak yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad umumnya mengacu pada firman Allah ayat 13-19 dalam surat Luqman, dan hal ini pula yang akan membentuk nanti bangsa yang berkarakter. 
Di sinilah akan kami sarikan   sebagai berikut :

Dan (ingatlah) ketika Luqman berpetuah kepada anaknya, “Hai anakku: janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar (13), dan kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua ibu-bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan letih dan payah. Dan menyapihmya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu-bapakmu, kepada-Ku-lah kamu akan kembali (14), dan jika keduanya berusaha untuk mempersekutukan Aku dengan apa saja yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu (bahwa sekutu itu layak disembah), maka janganlah kamu patuhi (ajakan mereka). Dan bergaullah dengan keduanyadi dunia ini dengan cara yang baik (dan sopan). Dan turutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian kepada Aku kamu akan kembali. Dan akan Aku berikan kepadamu apa yang kamu lakukan (15), (Luqman bertuah), “Hai anakku! Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) walaupun sebesar biji sawi (atom) tersembunyi dalam batu (gua), di ruang angkasa atau di bumi,  niscaya akan diperhitungkan Allah. Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui (16). Hai anakku! Dirikanlah shalat, suruhlah (orang) berbuat baik, laranglah perbuatan yang mungkar dan sabarlah mengahadapi musibah yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu masuk perintah-perintah Allah (17). Dan janganlah engkau congkak terhadap manusia. Dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong membanggakan diri (18). Berjalanlah dengan wajar. Berbicaralah dengan lembut ! Sesungguhnya suara yang amat buruk ialah suara himar (19).

Dari ayat di atas dapat dikemukakan bahwa materi pendidikan anak yang dicontoh oleh Nabi Muhammad(dalam rangka membentuk karakter bangsa adalah meliputi  meliputi:

  1. Pendidikan tauhid, yaitu menanamkan keimanan kepada Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Allah adalah satu-satunya yang harus disembah dan sesembahan selain Allah adalah salah dan itu adalah perbuatan syirik dan syirik adala dosa besar.
  2. Pendidikan shalat atau ibadah.
  3. Pendidikan adab sopan santun dalam keluarga.
  4. Pendidikan adab sopan santun dalam bermasyarakat (kehidupan sosial).
  5. Pendidikan kepribadian.
  6. Pendidikan pertahanan dan keamanan dalam dakwah Islam.
         Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan anak menurut al-Qur’an diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan fungsinya mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didik, yaitu potensi intelektual, jiwa dan jasmani harus dibina secara terpadu dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan yang tergambar dalam sosok manusia seutuhnya (insan kamil).  Sehingga dengan demikian insya Allah akan terbentuk bangsa yang berkarakter .  Hal ini harus pula berimplikasi terhadap materi, metode dan lain-lain yang berhubungan dengannya, sehingga membentuk suatu sistem pendidikan yang menyeluruh. Menyatu dan sempurna (komprehensif dan integratif). Deskripsi pendidikan anak yang diberikan oleh Al-Qur’an nampak memperlihatkan sosok yang komprehensif, mulai dari aspek-aspek tujuan, materi, metode, evaluasi dan seterusnya. 

       Namun demikian pada semua aspek pendidikan itu, Al-Qur’an nampak lebih memposisikan dirinya sebagai pemandu dalam prinsip dan tidak memasuki kawasan yang lebih bersifat teknis. Mengenai bagaimana tujuan yang dirumuskan, meteri disusun, guru-guru dilatih termasuk orang tua (ibu-bapak), demikian juga para dosen cerdik cendikiawan  dan evaluasi dilakukan, semua itu diserahkan pada kita dalam membentuk bangsa yang berkarakter.

Oleh : Zaenal Ikhsan
Previous
Next Post »