Sementara banyak
teknologi baru telah muncul sepanjang sejarah, sehingga seakan menjadi sebuah
seruan bagi pendidik untuk menemukan cara untuk memanfaatkan teknologi ini ke
dalam kelas - baik itu mesin tik, televisi, kalkulator, atau komputer. Dan
sementara beberapa pendidik profesional mungkin tidak terusik dengan adanya
“panggilan” ini dengan alasan bahwa teknologi memiliki dampak negatif yang
lebih dominandan cenderung lebih cocok jika pemanfaatannya lebih ke dunia
bisnis dan hiburan. Memang mungkin jika teknologi dapat juga dimanfaatkan dalam
pembelajaran, tapi tanpa merekapun, tujuan pembelajaran masih bisa dicapai.
Tidak bisa
dipungkiri, tanpa teknologi yang up to date pembelajaran masih bisa berlangsung
dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tetapi, kita bisa melihat
akan terdapat kesenjangan yang tajam antara apa yang diterima peserta didik di
sekolah dengan lingkungan dan kehidupan dimana mereka bersosialisasi,
mempelajari nilai-nilai, dan pergaulan.
Sangatlah penting
bahwa pendidikan harus mengurangi kesenjangan ini untuk membuat “dua dunia” ini
lebih berhubungan. Lebih baik lagi jika dunia pendidikan dapat melihat ini
sebagai suatu hubungan “simbiosis mutualisme” dimana dua dunia tersebut saling menguntungkan
Sehingga pada akhirnya para peserta didik dapat mengambil manfaat semaksimal
mungkin dari itu.
Masih asing ketika mendengar
Facebook, Twitter, Path?. Artinya kita sedang terasing dalam suatu tatanan dunia baru yang diberi
gelar “dunia maya” atau “cyber world”. Masyarakat masa kini baik orang tua,
remaja, bahkan anak-anak cenderung sudah bergaul dengan komunitas sosial dunia
maya tersebut. Seiring perkembangan zaman pemanfaatan media sosial bukan lagi
sekedar untuk bersosialisasi semata, tetapi juga sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dari dunia bisnis, industri, bahkan merambah ke dunia pendidikan.
Hal ini merupakan suatu tantangan bagi para pendidik. Pendidik harus cermat
untuk memanfaatkan hal ini sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Media dan teknologi
sesungguhnya dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam pembelajaran.
Keberhasilan dalam pembelajaran tergantung kecakapan pendidik untuk mengemas
materi yang menarik dengan menggunakan media dan teknologi. Dalam keadaan yang
umum, pendidik dapat memasukkan unsur teknologi sebagai media dalam
pembelajaran di kelas. Di sisi lain, pendidik dapat menginstruksikan peserta
didik untuk dapat belajar sendiri dengan menggunakan teknologi atau media yang
tepat.
Teknologi dan media
juga dapat digunakan secara efektif dalam situasi pendidikan formal di mana
seorang guru tidak berinteraksi langsung dengan siswa lain. Media sering
“dikemas” untuk tujuan tersebut. Dalam lingkungan pendidikan informal, media
seperti kaset video dan komputer atau laptop digunakan peserta pelatihan di
tempat kerja atau di rumah. Siswa melaporkan kegiatan belajar dengan sesama
siswa atau guru yang membantunya.
Portofolio
Portofolio adalah
kumpulan karya siswa yang menggambarkan pertumbuhan selama jangka waktu
tertentu berisi : dokumen tulis seperti puisi, cerita, atau makalah penelitian,
media presentasi, seperti set esai, foto atau slide, audio rekaman debat,
diskusi panel, atau presentasi lisan, video rekaman atletik siswa, keterampilan
musik, atau menari, komputer multimedia menggabungkan proyek-proyek cetak,
data, grafik, dan gambar bergerak. Portofolio memungkinkan siswa untuk
melakukan hal : mengumpulkan, mengorganisir, dan berbagi informasi,
menganalisis hubungan, uji hipotesis, berkomunikasi agar lebih efektif, merekam
berbagai pertunjukan, merenungkan belajar dan kegiatan mereka, menekankan
tujuan, hasil, dan prioritas mereka, mendemonstrasikan kreativitas dan
kepribadian. Portofolio memungkinkan guru menilai prestasi siswa dengan sampel
kerja dari waktu ke waktu, berisi refleksi tentang pekerjaannya. Guru harus
memilih atau mengembangkan kriteria/rubrik untuk mengevaluasi karya siswa yang
didistribusikan sebelum membuat portofolionya. Penilaian Portofolio ini sesuai
dengan filsafat konstruktivis, siswa membangun pengetahuannya sendiri. Gagasan
penilaian portofolio untuk mengukur prestasi siswa menciptakan produk nyata,
mencontohkan keberhasilan mereka dalam hal analisis, sintesis, dan evaluasi.
Elektronik portofolio memungkinkan siswa belajar keterampilan komputer. Anda,
siswa, dan orang tua mudah membandingkan karya siswa selama beberapa tahun.
Portofolio elektronik adalah cara mengatur, merancang, dan melihat gaya
tradisional portofolio, cara menilai pembelajaran siswa menggunakan teknologi,
pembangunan fisik dan sosial dapat diukur juga. Portofolio elektronik memiliki
keunggulan, pertama memperluas ukuran penonton termasuk guru lain, kepala
sekolah, orangtua, dan siswa. portofolio Online terbuka untuk penonton seluruh
dunia. Siswa menjadi lebih termotivasi oleh audiens yang lebih besar. Foto,
klip video, rekaman audio, animasi, gambar scan dan tulisan-tulisan, dan
membuat hypertext menciptakan portofolio yang menyenangkan dan menarik. Siswa
menjadi kreatif menunjukkan minat hobi mereka. Ruang Penyimpanan disket atau CD-ROM
menghemat ruang, lebih terorganisir dan saling berhubungan, lebih menarik, dan
mudah dilihat dari lokasi jauh, memiliki daftar isi membuat tampilannya lebih
mudah digunakan. Kelemahan adalah peralatan, akses, keamanan, dan waktu.
Pembelajaran Tematik
Banyak guru
mengatur pengajaran di sekitar topik, dikenal sebagai pembelajaran tematik,
khususnya guru SD yang mengintegrasikan isi dan keterampilan dari banyak
subyek. Unit ini menyediakan lingkungan yang kaya atau fokus dalam belajar.
Sebuah tema harus menangkap dan mempertahankan perhatian siswa, memberikan
pengalaman pemecahan masalah, dukungan kegiatan lintas disiplin, dan mencakup
berbagai media dan teknologi.
Pendidikan Jarak Jauh
Pendekatan ini
telah banyak digunakan oleh bisnis, industri, dan organisasi medis.
Lembagalembaga akademik telah menggunakan pendidikan jarak jauh untuk
menjangkau pembelajar yang beragam dan tersebar secara geografis karena tidak
memiliki akses ke instruksi kelas tradisional. Karakteristik yang membedakan
pendidikan jarak jauh adalah pemisahan tim pembelajaran dan siswa selama
belajar. Isinya disampaikan oleh media pembelajaran, mungkin media cetak utama,
atau mungkin berbagai teknologi dan media, termasuk kaset, video, videodiscs,
dan courseware komputer dikirim ke masing-masing siswa. Radio, siaran televisi,
dan teleconference dimanfaatkan untuk “live education” jarak jauh yang
memungkinkan untuk instruksi interaktif real-time antara instruktur dan siswa.
Selain media
berbasis teknologi yang terkini, media sosial juga dapat dimanfaatkan sebagai
sarana belajar. Hanya saja, beberapa kalangan cenderung pesimis memandang hal
ini dikarenakan dampak negatif yang dapat ditimbulkannya. Untuk mensiasati
permasalah dampak negatif media sosial, sebaiknya guru memanfaatkan media sosial
untuk pembelajaran. Caranya adalah sebagai berikut :
- Melakukan pertemanan dengan para siswa pada berbagai media sosial seperti facebook, twitter, ataupun path sehingga guru lebih kurang dapat mengamati minat dan bakat para siswa. Kultwit (Posting di media sosial twitter)tentang materi pelajaran yang sedang diajarkan di sekolah. Dengan demikian siswa bisa mendapatkan pengetahuan atau ilmu dari media sosial yang kini bisa diakses dimana saja dan kapan saja melalui smartphone, tablet atau komputer pribadi.
- Membuat blog khusus mata pelajaran yang diajarkan dan didalamnya dimasukkan segala materi baik dalam bentuk tulisan, video yang terkait, serta simulasi. Sosialisasikan kepada siswa di kelas sehingga siswa dapat mempelajari materi kapan saja.
- Membuat latihan soal dan kemudian diposting di blog, selanjutnya di share di media sosial. Kemudian minta agar jawabannya dikumpulkan melalui e-mail pribadi para siswa. Dengan cara seperti ini, siswa akan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran karena guru sebagai pendidik telah “tune” atau masuk ke dalam dunia para siswa.
Oleh : Zaenal Ikhsan
Sign up here with your email